Macam-macam Kebudayan Jawa antara lain :
1. Upacara Khas Suku Jawa
2. Musik dan Tari Suku Jawa
3. Batik
4. Keris
5. Wayang Kulit
1. Upacara Khas Suku Jawa
Kematian Mendhak
Tradisi Mendhak adalah salah satu ritual dalam adat istiadat kematian budaya Jawa. Upacara tradisional Mendhak dilaksanakan secara individu atau berkelompok untuk memperingati kematian seseorang. Peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk upacara tradisional Mendhak adalah sebagai berikut: tumpeng, sega uduk, side dishes, kolak, ketan, dan apem. Kadang-kadang, sebelum atau sesudah upacara Mendhak dilaksanakan, sanak keluarga dapat mengunjungi makam saudara mereka.
Upacara tradisional ini dilaksanakan tiga kali dalam seribu hari
setelah hari kematian: pertama disebut Mendhak Pisan, upacara untuk
memperingati satu tahun kematian (365 hari); kedua disebut Mendhak
Pindho sebagai upacara peringatan dua tahun kematian; ketiga disebut
sebagai Mendhak Telu atau Pungkasan atau Nyewu Dina, yang dilaksanakan
pada hari ke seribu setelah kematian.
Menurut kepercayaan Jawa, setelah satu tahun kematian, arwah dari
saudara yang diperingati kematiannya tersebut telah memasuki dunia abadi
untuk selamanya. Menurut kepercayaan juga, untuk memasuki dunia abadi
tersebut, arwah harus melalui jalan yang sangat panjang; oleh karena itu
penting sekali diadakannya beberapa upacara untuk menemani perjalanan
sang arwah.
Kematian surtanah
Tradisi kematian dalam adat Jawa salah sataunya adalah Upacara
Surtanah yang bertujuan agar arwah atau roh orang mati mendapat tempat
yang layak di sisi Sang Maujud Agung.
Perlengkapan upacara: – Golongan bangsawan: tumpeng asahan lengkap
dengan lauk, sayur adem (tidak pedas), pecel dengan sayatan daging ayam
goreng/panggang, sambal docang dengan kedelai yang dikupas, jangan
menir, krupuk, rempeyek, tumpeng ukur-ukuran, nasi gurih, nasi golong,
dan pisang raja. – Golongan rakyat biasa: tumpeng dengan lauknya, nasi
golong, ingkung dan panggang ayam, nasi asahan, tumpeng pungkur, tumpeng
langgeng, pisang sajen, kembang setaman, kinang, bako enak dan uang
bedah bumi.
Upacara ini diadakan setelah mengubur jenazah yang dihadiri oleh
keluarga, tetangga dekat, dan pemuka agama.
Upacara nyewu dina
Inti dari upacara ini memohon pengampunan kepada Tuhan. Perlengkapan
upacara: – Golongan bangsawan: takir pentang yang berisi lauk, nasi
asahan, ketan kolak, apem, bunga telon ditempatkan distoples dan diberi
air, memotong kambing, dara/merpati, bebek/itik, dan pelepasan burung
merpati. – Golongan rakyat biasa: nasi ambengan, nasi gurih, ketan
kolak, apem, ingkung ayam, nasi golong dan bunga yang dimasukan dalam
lodong serta kemenyan.
Upacara tersebut diadakan setelah maghrib dan diikuti oleh keluarga,
ulama, tetangga dan relasi.
Upacara Brobosan
Salah satu upacara tradisional dalam adat istiadat kematian jawa
adalah upacara Brobosan. Upacara Brobosan ini bertujuan untuk
menunjukkan penghormatan dari sanak keluarga kepada orang tua dan
leluhur mereka yang telah meninggal dunia. Upacara Brobosan
diselenggarakan di halaman rumah orang yang meninggal, sebelum
dimakamkan, dan dipimpin oleh anggota keluarga yang paling tua.
Tradisi Brobosan dilangsungkan secara berurutan sebagai berikut: 1)
peti mati dibawa keluar menuju ke halaman rumah dan dijunjung tinggi ke
atas setelah upacara doa kematian selesai, 2) anak laki-laki tertua,
anak perempuan, cucu laki-laki dan cucu perempuan, berjalan berurutan
melewati peti mati yang berada di atas mereka (mrobos) selama tiga kali
dan searah jarum jam, 3) urutan selalu diawali dari anak laki-laki
tertua dan keluarga inti berada di urutan pertama; anak yang lebih muda
beserta keluarganya mengikuti di belakang.
UPACARA ADAT KELAHIRAN SUKU JAWA
Upacara tradisional ini menyimbolkan penghormatan sanak keluarga yang
masih hidup kepada orang tua dan leluhur mereka.Salah satu tradisi kelahiran dalam budaya Jawa adalah Selapanan.
Upacara Selapanan bertujuan memohon keselamatan bagi si bayi.
Perlengkapan upacara yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
- Golongan bangsawan: Nasi tumpeng gudangan, nasi tumpeng kecil yang ujungnya ditancapi tusukan bawang merah dan cabe merah, bubur lima macam, jajan pasar, nasi golong, nasi gurih, sekul asrep-asrepan, pecel ayam, pisang, kemenyan, dan kembang setaman diberi air.
- Golongan rakyat biasa: Tumpeng nasi gurih dengan lauk, nasi tumpeng among-among, nasi golong, jenang abang putih, ingkung dan panggang ayam.
- Golongan bangsawan: Nasi tumpeng gudangan, nasi tumpeng kecil yang ujungnya ditancapi tusukan bawang merah dan cabe merah, bubur lima macam, jajan pasar, nasi golong, nasi gurih, sekul asrep-asrepan, pecel ayam, pisang, kemenyan, dan kembang setaman diberi air.
- Golongan rakyat biasa: Tumpeng nasi gurih dengan lauk, nasi tumpeng among-among, nasi golong, jenang abang putih, ingkung dan panggang ayam.
Upacara terakhir dalam rangkaian selamatan kelahiran yang dilakukan
pada hari ke 36 sesuai dengan weton atau hari pasaran kelahiran si bayi.
Selapanan diadakan setelah maghrib dan dihadiri oleh si bayi, ayah,
dukun, ulama, famili dan keluarga terdekat.
UPACARA PERNIKAHAN SUKU JAWA
Pesta pernikah adat Jawa mempunya
beraneka ragam tradisi. Pemaes, dukun pengantin perempuan di mana
menjadi pemimpin dari acara pernikahan, itu sangat penting. Dia mengurus
dandanan dan pakaian pengantin laki-laki dan pengantin perempuan yang
bentuknya berbeda selama pesta pernikahan. Biasanya dia juga menyewakan
pakaian pengantin, perhiasan dan perlengkapan lain untuk pesta
pernikahan.
Banyak yang harus dipersiapkan untuk setiap upacara pesta pernikahan.
Panitia kecil terdiri dari teman dekat, keluarga dari kedua mempelai.
Besarnya panitia itu tergantung dari latar belakang dan berapa banyaknya
tamu yang di undang (300, 500, 1000 atau lebih). Sesungguhnya upacara
pernikahan itu merupakan pertunjukan besar.
Panitia mengurus seluruh persiapan perkawinan: protokol, makanan dan
minuman, musik gamelan dan tarian, dekorasi dari ruangan resepsi,
pembawa acara, wali untuk Ijab, pidato pembuka, transportasi, komunikasi
dan keamanan. Persiapan yang paling penting adalah Ijab (catatan agama
dan catatan sipil), dimana tercatat sebagai pasangan suami istri.
Biasanya sehari sebelum pesta pernikahan, pintu gerbang dari rumah
orangtua wanita dihias dengan Tarub (dekorasi tumbuhan), terdiri dari
berbeda Tuwuhan (tanaman dan daun).
* Dua pohon pisang dengan setandan pisang masak berarti: Suami akan
menjadi pemimpin yang baik di keluarga. Pohon pisang sangat mudah tumbuh
dimana saja. Pasangan pengantin akan hidup baik dan bahagia dimana
saja.
* Sepasang Tebu Wulung berarti: Seluruh keluarga datang bersama untuk bantuan nikah.
* Cengkir Gading berarti: Pasangan pengantin cinta satu sama lain dan akan merawat keluarga mereka.
* Bentuk daun seperti beringin, mojo-koro, alang-alang, dadap srep berarti: Pasangan pengantin akan hidup aman dan melindungi keluarga.
* Sepasang Tebu Wulung berarti: Seluruh keluarga datang bersama untuk bantuan nikah.
* Cengkir Gading berarti: Pasangan pengantin cinta satu sama lain dan akan merawat keluarga mereka.
* Bentuk daun seperti beringin, mojo-koro, alang-alang, dadap srep berarti: Pasangan pengantin akan hidup aman dan melindungi keluarga.
bekletepe di atas pintu gerbang berarti menjauhkan dari gangguan roh
jahat dan menunjukan di rumah mana pesta itu diadakan.
Kembar Mayang adalah karangan dari bermacam daun (sebagian besar daun
kelapa di dalam batang pohon pisang). Itu dekorasi sanggat indah dan
menpunya arti yang luas.
* Itu menpunyai bentuk seperti gunung: Gunung itu tinggi dan besar,
berarti laki-laki harus punya banyak pengetahuan, pengalaman dan
kesabaran.
* Keris: Melukiskan bahwa pasangan pengantin berhati-hati dalam kehidupan, pintar dan bijaksana.
* Cemeti: Pasangan pengantin akan selalu hidup optimis dengan hasrat untuk kehidupan yang baik.
* Payung: Pasangan pengantin harus melindungi keluarganya.
* Belalang: Pasangan pengantin akan giat, cepat berpikir dalam mengambil keputusan untuk keluarganya.
* Burung: Pasangan pengantin mempunyai motivasi hidup yang tinggi.
* Daun Beringin: Pasangan pengantin akan selalu melindungi keluarganya dan masyarakat sekitarnya.
* Daun Kruton: Daun yang melindungi mereka dari gangguan setan.
* Daun Dadap srep: Daun yang dapat digunakan mengompres untuk menurunkan demam, berarti pasangan pengantin akan selalu mempunyai pikiran yang jernih dan tenang dalam mengadapi masalah.
* Daun Dlingo Benglé: Jamu untuk infeksi dan penyakit lainnya, itu digunakan untuk melindungi gangguan setan.
* Bunga Patra Manggala: Itu digunakan untuk memperindah karangan.
* Keris: Melukiskan bahwa pasangan pengantin berhati-hati dalam kehidupan, pintar dan bijaksana.
* Cemeti: Pasangan pengantin akan selalu hidup optimis dengan hasrat untuk kehidupan yang baik.
* Payung: Pasangan pengantin harus melindungi keluarganya.
* Belalang: Pasangan pengantin akan giat, cepat berpikir dalam mengambil keputusan untuk keluarganya.
* Burung: Pasangan pengantin mempunyai motivasi hidup yang tinggi.
* Daun Beringin: Pasangan pengantin akan selalu melindungi keluarganya dan masyarakat sekitarnya.
* Daun Kruton: Daun yang melindungi mereka dari gangguan setan.
* Daun Dadap srep: Daun yang dapat digunakan mengompres untuk menurunkan demam, berarti pasangan pengantin akan selalu mempunyai pikiran yang jernih dan tenang dalam mengadapi masalah.
* Daun Dlingo Benglé: Jamu untuk infeksi dan penyakit lainnya, itu digunakan untuk melindungi gangguan setan.
* Bunga Patra Manggala: Itu digunakan untuk memperindah karangan.
Sebelum memasang Tarub dan Bekletepe harus membuat sepesial Sajen.
Tradisionil Sajen (persembahan) dalam pesta adat Jawa itu sangat
penting. Itu adalah simbol yang sangat berarti, di mana Tuhan Pencipta
melidungi kami. Sajen berarti untuk mendoakan leluhur dan untuk
melindungi dari gangguan roh jahat. Sajen diletakan di semua tempat di
mana pesta itu diadakan, diantaranya di kamar mandi, di dapur, di bawah
pintu gerbang, di bawah dekorasi Tarub, di jalan dekat rumah, dan
lain-lain.
Siraman sajen terdiri dari:
* Tumpeng Robyong, nasi kuning dengan hiasan.
* Tumpeng Gundul, nasi kuning tanpa hiasan.
* Makanan: ayam, daging, tahu, telur.
* Tujuh macam bubur.
* Pisang raja dan buah lainnya.
* Kelapa muda.
* Kue manis, lemper, cendol.
* Teh dan kopi pahit.
* Rokok dan kretek.
* Lantera.
* Bunga Telon (kenanga, melati, magnolia) dengan air Suci.
* Tumpeng Gundul, nasi kuning tanpa hiasan.
* Makanan: ayam, daging, tahu, telur.
* Tujuh macam bubur.
* Pisang raja dan buah lainnya.
* Kelapa muda.
* Kue manis, lemper, cendol.
* Teh dan kopi pahit.
* Rokok dan kretek.
* Lantera.
* Bunga Telon (kenanga, melati, magnolia) dengan air Suci.
Siraman: Makna dari pesta Siraman adalah untuk membersihkan jiwa dan
raga. Pesta Siraman ini biasanya diadakan di siang hari, sehari sebelum
Ijab dan Panggih. Siraman di adakan di rumah orangtua pengantin
masing-masing. Siraman biasanya dilakukan di kamar mandi atau di taman.
Sekarang lebih banyak diadakan di taman. Daftar nama dari orang yang
melakukan Siraman itu sangat penting. Tidak hanya orangtua, tetapi juga
keluarga dekat dan orang yang dituakan. Mereka menyeleksi orang yang
bermoral baik. Jumlah orang yang melakukan Siraman itu biasanya tujuh
orang. Bahasa Jawa tujuh itu PITU, mereka memberi nama PITULUNGAN
(berarti menolong).
Apa saja yang harus dipersiapkan:
* Baskom untuk air, biasanya terbuat dari tembaga atau perunggu. Air
dari sumur atau mata air.
* Bunga Setaman – mawar, melati, magnolia dan kenanga – di campur dengan air.
* Aroma – lima warna – berfungsi seperti sabun.
* Tradisionil shampoo dan conditioner (abu dari merang, santan, air asam Jawa).
* gayung dari 2 kelapa, letakkan bersama.
* Kursi kecil, ditutup dengan:
* Tikar – kain putih – beberapa macam daun – dlingo benglé (tanaman untuk obat-obatan) – bango tulak (kain dengan 4 macam motif) – lurik (motif garis dengan potongan Yuyu Sekandang dan Pula Watu).
* Memakai kain putih selama Siraman.
* Kain batik dari Grompol dan potongan Nagasari.
* Handuk.
* Kendi.
* Bunga Setaman – mawar, melati, magnolia dan kenanga – di campur dengan air.
* Aroma – lima warna – berfungsi seperti sabun.
* Tradisionil shampoo dan conditioner (abu dari merang, santan, air asam Jawa).
* gayung dari 2 kelapa, letakkan bersama.
* Kursi kecil, ditutup dengan:
* Tikar – kain putih – beberapa macam daun – dlingo benglé (tanaman untuk obat-obatan) – bango tulak (kain dengan 4 macam motif) – lurik (motif garis dengan potongan Yuyu Sekandang dan Pula Watu).
* Memakai kain putih selama Siraman.
* Kain batik dari Grompol dan potongan Nagasari.
* Handuk.
* Kendi.
Keluarga dari pengantin wanita mengirim utusan untuk membawa
air-bunga ke keluarga dari pengantin laki-laki. Itu Banyu Suci
Perwitosari, berarti air suci dan simbol dari intisari kehidupan. Air
ini diletakan di rumah pengantin laki-laki.
Pelaksanaan dari SIRAMAN:
Pengantin perempuan/laki-laki datang dari kamarnya dan bergabung
dengan orangtuanya. Dia diantar ke tempat Siraman. Beberapa orang jalan
di belakangnya dan membawa baki dengan kain batik, handuk, dan
lain-lain. Dan ini akan digunakan setelah Siraman. Dia mendudukkan di
kursi dan berdoa. Orang pertama yang menyiramkan air ke pengantin adalah
ayah. Ibu boleh menyiramkan setalah ayah. Setelah mereka, orang lain
boleh melakukan Siraman. Orang terakhir yang melakukan Siraman adalah
Pemaes atau orang sepesial yang telah ditunjuk. Pengantin
perempuan/laki-laki duduk dengan kedua tangan di atas dada dengan posisi
berdoa. Mereka menyiramkan air ke tangannya dan membersihkan mulutnya
tiga kali. Kemudian mereka menyiramkan air ke atas kepala, wajah,
telinga, leher, tangan dan kaki juga sebanyak tiga kali. Pemaes
menggunakan tradisionil shampoo dan conditioner. Setelah Kendi itu
kosong, Pemaes atau orang yang ditunjuk memecahkan kendi ke lantai dan
berkata: ‘Wis Pecah Pamore‘ – berarti dia itu tampan (menjadi cantik dan
siap untuk menikah).
Upacara NGERIK:
Setelah Siraman, pengantin duduk di kamar pengantin. Pemaes
mengeringkan rambutnya dengan handuk dan menberi pewangi (ratus) di
seluruh rambutnya. Dia mengikat rambut ke belakang dan mengeraskannya
(gelung). Setelah itu Pemaes membersihkan wajahnya dan lehernya, dia
siap untuk di dandani. Pemaes sangat behati-hati dalam merias pengantin.
Dandanan itu tergantun dari bentuk perkawinan. Akhirnya, pengantin
wanita memakai kebaya dan kain batik dengan motif Sidomukti atau
Sidoasih. Itu adalah simbol dari kemakmuran hidup.
Upacara Midodareni: Pelaksanaan pesta ini mengambil tempat sama
dengan Ijab dan Panggih. Midodareni itu berasal dari kata Widodari yang
berarti Dewi. Pada malam hari, calon pengantin wanita akan menjadi
cantik sama seperti Dewi. Menurut kepercayaan kuno, Dewi akan datang
dari kayangan.
Pengantin wanita harus tinggal di kamar dari jam enam sore sampai
tengah malam di temani dengan beberapa wanita yang dituakan. Biasanya
mereka akan memberi saran dan nasihat. Keluarga dan teman dekat dari
pengantin wanita akan datang berkunjung; semuanya harus wanita.
Orangtua dari pengantin wanita akan menyuapkan makanan untuk yang
terakhir kalinya. Mulai dari besok, suaminya yang akan bertanggung
jawab.
Apa saja yang harus diletakan di kamar pengantin?
* Satu set Kembar Mayang.
* Dua kendi (diisi dengan bumbu, jamu, beras, kacang, dan lain-lain) di lapisi dengan kain Bango Tulak.
* Dua kendi (diisi dengan air suci) di lapisi dengan daun dadap srep.
* Ukub (baki dengan bermacam pewangi dari daun dan bunga) diletakan di bawah tempat tidur.
* Suruh Ayu (daun betel).
* Kacang Areca.
* Tujuh macam kain dengan corak letrek.
* Dua kendi (diisi dengan bumbu, jamu, beras, kacang, dan lain-lain) di lapisi dengan kain Bango Tulak.
* Dua kendi (diisi dengan air suci) di lapisi dengan daun dadap srep.
* Ukub (baki dengan bermacam pewangi dari daun dan bunga) diletakan di bawah tempat tidur.
* Suruh Ayu (daun betel).
* Kacang Areca.
* Tujuh macam kain dengan corak letrek.
Di tengah malam semua sajen di ambil dari kamar. Keluarga dan tamu
dapat makan bersama. Di kamar lain, keluarga dan teman dekat dari
pengantin wanita bertemu dengan keluarga dari pengantin laki-laki.
2. Musik dan Tari Suku Jawa
Budaya gong akan menarik akarnya dari budaya Dong Son di
Vietnam (Xe-abad pertama SM.), Disebut "budaya drum perunggu." Telah ditemukan di benda-benda
perunggu Indonesia banyak mirip dengan Dongson. Budaya ini ditandai dengan ritual drum, yang paling
dikenal di Indonesia adalah "Bulan Pejeng" diawetkan di Bali. Orkes gamelan adalah kumpulan instrumen perkusi (kata
berasal dari gamel, palu kecil) strip atau lampu perunggu. Hal ini dianggap bahwa fokus dari orkes ini gong. Kinerja musik
gamelan mulai dengan mencolok dari gong besar (gong gede). Gong dianggap
memiliki jiwa. Secara tradisional di Jawa, ia membuat penawaran dan memuji pada
hari Kamis, saat senja. Selain Jawa dan Madura, daerah termasuk gamelan Bali,
di mana namanya juga gong tradisional.
![]() | |||
Gamelan Jawa |
![]() |
Tarian Jawa |
3. BATIK
Kata "batik" berasal dari
Jawa. Ini adalah yang paling terkenal dari budaya Jawa,
meskipun teknik ini ditemukan di tempat lain di Asia, termasuk China,
India dan Srilanka, dan juga di Timur Tengah dan Afrika Barat. Di Indonesia sendiri, daerah perpanjangan
batik tradisional meliputi, selain ke Jawa, pulau terdekat Madura dan
kota-kota Jambi dan Palembang di Sumatera. Di Jawa yang
sama, gaya adalah yang paling populer, klasik, dari pusat pulau di
Surakarta dan Yogyakarta, tetapi juga orang-orang dari Pesisir, yang
paling dikenal adalah Cirebon, Lasem dan Pekalongan.
![]() | ||
Batik Jawa |
4. KERIS
Keris adalah senjata tikam golongan belati
(berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya) dengan banyak fungsi budaya
yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Bentuknya khas
dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di
bagian pangkal yang melebar, seringkali bilahnya berliku-liku, dan
banyak di antaranya memiliki pamor (damascene), yaitu guratan-guratan
logam cerah pada helai bilah. Jenis senjata tikam yang memiliki
kemiripan dengan keris adalah badik.
Senjata tikam lain asli Nusantara adalah kerambit.
Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel/peperangan,[1]
sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian. Pada penggunaan masa kini,
keris lebih merupakan benda aksesori
(ageman) dalam berbusana, memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi
benda koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.
Penggunaan keris tersebar pada masyarakat penghuni wilayah yang
pernah terpengaruh oleh Majapahit, seperti Jawa, Madura,
Nusa Tenggara, Sumatera,
pesisir Kalimantan, sebagian Sulawesi,
Semenanjung Malaya, Thailand
Selatan, dan Filipina Selatan (Mindanao).
Keris Mindanao dikenal sebagai kalis. Keris di setiap daerah
memiliki kekhasan sendiri-sendiri dalam penampilan, fungsi, teknik
garapan, serta peristilahan.
![]() | |
Keris |
5. WAYANG KULIT
Wayang
kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di
Jawa. Wayang berasal dari kata Ma Hyang artinya menuju kepada yang maha
esa, . Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang
yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi
oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan
tembang
yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik
kelir,
yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya
disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong),
sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat
melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita
wayang(lakon),
penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang
bayangannya tampil di layar.
Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata
dan Ramayana,
tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem
(standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan
(gubahan). ![]() |
Wayang Kulit Jawa |
KEBUDAYAAN JAWA
Reviewed by BAYU TRI WIBOWO
on
10:40 am
Rating:

No comments: