KEBUDAYAAN JAWA















Macam-macam Kebudayan Jawa antara lain :
1. Upacara Khas Suku Jawa 
2. Musik dan Tari Suku Jawa
3. Batik 
4. Keris
5. Wayang Kulit


1. Upacara Khas Suku Jawa
 
Kematian Mendhak

Tradisi Mendhak adalah salah satu ritual dalam adat istiadat kematian budaya Jawa. Upacara tradisional Mendhak dilaksanakan secara individu atau berkelompok untuk memperingati kematian seseorang. Peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk upacara tradisional Mendhak adalah sebagai berikut: tumpeng, sega uduk, side dishes, kolak, ketan, dan apem. Kadang-kadang, sebelum atau sesudah upacara Mendhak dilaksanakan, sanak keluarga dapat mengunjungi makam saudara mereka.
Upacara tradisional ini dilaksanakan tiga kali dalam seribu hari setelah hari kematian: pertama disebut Mendhak Pisan, upacara untuk memperingati satu tahun kematian (365 hari); kedua disebut Mendhak Pindho sebagai upacara peringatan dua tahun kematian; ketiga disebut sebagai Mendhak Telu atau Pungkasan atau Nyewu Dina, yang dilaksanakan pada hari ke seribu setelah kematian.
Menurut kepercayaan Jawa, setelah satu tahun kematian, arwah dari saudara yang diperingati kematiannya tersebut telah memasuki dunia abadi untuk selamanya. Menurut kepercayaan juga, untuk memasuki dunia abadi tersebut, arwah harus melalui jalan yang sangat panjang; oleh karena itu penting sekali diadakannya beberapa upacara untuk menemani perjalanan sang arwah.

Kematian surtanah

Tradisi kematian dalam adat Jawa salah sataunya adalah Upacara Surtanah yang bertujuan agar arwah atau roh orang mati mendapat tempat yang layak di sisi Sang Maujud Agung.
Perlengkapan upacara: – Golongan bangsawan: tumpeng asahan lengkap dengan lauk, sayur adem (tidak pedas), pecel dengan sayatan daging ayam goreng/panggang, sambal docang dengan kedelai yang dikupas, jangan menir, krupuk, rempeyek, tumpeng ukur-ukuran, nasi gurih, nasi golong, dan pisang raja. – Golongan rakyat biasa: tumpeng dengan lauknya, nasi golong, ingkung dan panggang ayam, nasi asahan, tumpeng pungkur, tumpeng langgeng, pisang sajen, kembang setaman, kinang, bako enak dan uang bedah bumi.
Upacara ini diadakan setelah mengubur jenazah yang dihadiri oleh keluarga, tetangga dekat, dan pemuka agama.

Upacara nyewu dina

Inti dari upacara ini memohon pengampunan kepada Tuhan. Perlengkapan upacara: – Golongan bangsawan: takir pentang yang berisi lauk, nasi asahan, ketan kolak, apem, bunga telon ditempatkan distoples dan diberi air, memotong kambing, dara/merpati, bebek/itik, dan pelepasan burung merpati. – Golongan rakyat biasa: nasi ambengan, nasi gurih, ketan kolak, apem, ingkung ayam, nasi golong dan bunga yang dimasukan dalam lodong serta kemenyan.
Upacara tersebut diadakan setelah maghrib dan diikuti oleh keluarga, ulama, tetangga dan relasi.

Upacara Brobosan

Salah satu upacara tradisional dalam adat istiadat kematian jawa adalah upacara Brobosan. Upacara Brobosan ini bertujuan untuk menunjukkan penghormatan dari sanak keluarga kepada orang tua dan leluhur mereka yang telah meninggal dunia. Upacara Brobosan diselenggarakan di halaman rumah orang yang meninggal, sebelum dimakamkan, dan dipimpin oleh anggota keluarga yang paling tua.
Tradisi Brobosan dilangsungkan secara berurutan sebagai berikut: 1) peti mati dibawa keluar menuju ke halaman rumah dan dijunjung tinggi ke atas setelah upacara doa kematian selesai, 2) anak laki-laki tertua, anak perempuan, cucu laki-laki dan cucu perempuan, berjalan berurutan melewati peti mati yang berada di atas mereka (mrobos) selama tiga kali dan searah jarum jam, 3) urutan selalu diawali dari anak laki-laki tertua dan keluarga inti berada di urutan pertama; anak yang lebih muda beserta keluarganya mengikuti di belakang.

UPACARA ADAT KELAHIRAN SUKU JAWA

Upacara tradisional ini menyimbolkan penghormatan sanak keluarga yang masih hidup kepada orang tua dan leluhur mereka.Salah satu tradisi kelahiran dalam budaya Jawa adalah Selapanan. Upacara Selapanan bertujuan memohon keselamatan bagi si bayi. Perlengkapan upacara yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
- Golongan bangsawan: Nasi tumpeng gudangan, nasi tumpeng kecil yang ujungnya ditancapi tusukan bawang merah dan cabe merah, bubur lima macam, jajan pasar, nasi golong, nasi gurih, sekul asrep-asrepan, pecel ayam, pisang, kemenyan, dan kembang setaman diberi air.
- Golongan rakyat biasa: Tumpeng nasi gurih dengan lauk, nasi tumpeng among-among, nasi golong, jenang abang putih, ingkung dan panggang ayam.
Upacara terakhir dalam rangkaian selamatan kelahiran yang dilakukan pada hari ke 36 sesuai dengan weton atau hari pasaran kelahiran si bayi. Selapanan diadakan setelah maghrib dan dihadiri oleh si bayi, ayah, dukun, ulama, famili dan keluarga terdekat.

UPACARA PERNIKAHAN SUKU JAWA

 
Pesta pernikah adat Jawa mempunya beraneka ragam tradisi. Pemaes, dukun pengantin perempuan di mana menjadi pemimpin dari acara pernikahan, itu sangat penting. Dia mengurus dandanan dan pakaian pengantin laki-laki dan pengantin perempuan yang bentuknya berbeda selama pesta pernikahan. Biasanya dia juga menyewakan pakaian pengantin, perhiasan dan perlengkapan lain untuk pesta pernikahan.
Banyak yang harus dipersiapkan untuk setiap upacara pesta pernikahan. Panitia kecil terdiri dari teman dekat, keluarga dari kedua mempelai. Besarnya panitia itu tergantung dari latar belakang dan berapa banyaknya tamu yang di undang (300, 500, 1000 atau lebih). Sesungguhnya upacara pernikahan itu merupakan pertunjukan besar.
Panitia mengurus seluruh persiapan perkawinan: protokol, makanan dan minuman, musik gamelan dan tarian, dekorasi dari ruangan resepsi, pembawa acara, wali untuk Ijab, pidato pembuka, transportasi, komunikasi dan keamanan. Persiapan yang paling penting adalah Ijab (catatan agama dan catatan sipil), dimana tercatat sebagai pasangan suami istri.
Biasanya sehari sebelum pesta pernikahan, pintu gerbang dari rumah orangtua wanita dihias dengan Tarub (dekorasi tumbuhan), terdiri dari berbeda Tuwuhan (tanaman dan daun).
* Dua pohon pisang dengan setandan pisang masak berarti: Suami akan menjadi pemimpin yang baik di keluarga. Pohon pisang sangat mudah tumbuh dimana saja. Pasangan pengantin akan hidup baik dan bahagia dimana saja.
* Sepasang Tebu Wulung berarti: Seluruh keluarga datang bersama untuk bantuan nikah.
* Cengkir Gading berarti: Pasangan pengantin cinta satu sama lain dan akan merawat keluarga mereka.
* Bentuk daun seperti beringin, mojo-koro, alang-alang, dadap srep berarti: Pasangan pengantin akan hidup aman dan melindungi keluarga.
bekletepe di atas pintu gerbang berarti menjauhkan dari gangguan roh jahat dan menunjukan di rumah mana pesta itu diadakan.
Kembar Mayang adalah karangan dari bermacam daun (sebagian besar daun kelapa di dalam batang pohon pisang). Itu dekorasi sanggat indah dan menpunya arti yang luas.
* Itu menpunyai bentuk seperti gunung: Gunung itu tinggi dan besar, berarti laki-laki harus punya banyak pengetahuan, pengalaman dan kesabaran.
* Keris: Melukiskan bahwa pasangan pengantin berhati-hati dalam kehidupan, pintar dan bijaksana.
* Cemeti: Pasangan pengantin akan selalu hidup optimis dengan hasrat untuk kehidupan yang baik.
* Payung: Pasangan pengantin harus melindungi keluarganya.
* Belalang: Pasangan pengantin akan giat, cepat berpikir dalam mengambil keputusan untuk keluarganya.
* Burung: Pasangan pengantin mempunyai motivasi hidup yang tinggi.
* Daun Beringin: Pasangan pengantin akan selalu melindungi keluarganya dan masyarakat sekitarnya.
* Daun Kruton: Daun yang melindungi mereka dari gangguan setan.
* Daun Dadap srep: Daun yang dapat digunakan mengompres untuk menurunkan demam, berarti pasangan pengantin akan selalu mempunyai pikiran yang jernih dan tenang dalam mengadapi masalah.
* Daun Dlingo Benglé: Jamu untuk infeksi dan penyakit lainnya, itu digunakan untuk melindungi gangguan setan.
* Bunga Patra Manggala: Itu digunakan untuk memperindah karangan.
Sebelum memasang Tarub dan Bekletepe harus membuat sepesial Sajen.
Tradisionil Sajen (persembahan) dalam pesta adat Jawa itu sangat penting. Itu adalah simbol yang sangat berarti, di mana Tuhan Pencipta melidungi kami. Sajen berarti untuk mendoakan leluhur dan untuk melindungi dari gangguan roh jahat. Sajen diletakan di semua tempat di mana pesta itu diadakan, diantaranya di kamar mandi, di dapur, di bawah pintu gerbang, di bawah dekorasi Tarub, di jalan dekat rumah, dan lain-lain.
Siraman sajen terdiri dari:
* Tumpeng Robyong, nasi kuning dengan hiasan.
* Tumpeng Gundul, nasi kuning tanpa hiasan.
* Makanan: ayam, daging, tahu, telur.
* Tujuh macam bubur.
* Pisang raja dan buah lainnya.
* Kelapa muda.
* Kue manis, lemper, cendol.
* Teh dan kopi pahit.
* Rokok dan kretek.
* Lantera.
* Bunga Telon (kenanga, melati, magnolia) dengan air Suci.
Siraman: Makna dari pesta Siraman adalah untuk membersihkan jiwa dan raga. Pesta Siraman ini biasanya diadakan di siang hari, sehari sebelum Ijab dan Panggih. Siraman di adakan di rumah orangtua pengantin masing-masing. Siraman biasanya dilakukan di kamar mandi atau di taman. Sekarang lebih banyak diadakan di taman. Daftar nama dari orang yang melakukan Siraman itu sangat penting. Tidak hanya orangtua, tetapi juga keluarga dekat dan orang yang dituakan. Mereka menyeleksi orang yang bermoral baik. Jumlah orang yang melakukan Siraman itu biasanya tujuh orang. Bahasa Jawa tujuh itu PITU, mereka memberi nama PITULUNGAN (berarti menolong).
Apa saja yang harus dipersiapkan:
* Baskom untuk air, biasanya terbuat dari tembaga atau perunggu. Air dari sumur atau mata air.
* Bunga Setaman – mawar, melati, magnolia dan kenanga – di campur dengan air.
* Aroma – lima warna – berfungsi seperti sabun.
* Tradisionil shampoo dan conditioner (abu dari merang, santan, air asam Jawa).
* gayung dari 2 kelapa, letakkan bersama.
* Kursi kecil, ditutup dengan:
* Tikar – kain putih – beberapa macam daun – dlingo benglé (tanaman untuk obat-obatan) – bango tulak (kain dengan 4 macam motif) – lurik (motif garis dengan potongan Yuyu Sekandang dan Pula Watu).
* Memakai kain putih selama Siraman.
* Kain batik dari Grompol dan potongan Nagasari.
* Handuk.
* Kendi.
Keluarga dari pengantin wanita mengirim utusan untuk membawa air-bunga ke keluarga dari pengantin laki-laki. Itu Banyu Suci Perwitosari, berarti air suci dan simbol dari intisari kehidupan. Air ini diletakan di rumah pengantin laki-laki.
Pelaksanaan dari SIRAMAN:
Pengantin perempuan/laki-laki datang dari kamarnya dan bergabung dengan orangtuanya. Dia diantar ke tempat Siraman. Beberapa orang jalan di belakangnya dan membawa baki dengan kain batik, handuk, dan lain-lain. Dan ini akan digunakan setelah Siraman. Dia mendudukkan di kursi dan berdoa. Orang pertama yang menyiramkan air ke pengantin adalah ayah. Ibu boleh menyiramkan setalah ayah. Setelah mereka, orang lain boleh melakukan Siraman. Orang terakhir yang melakukan Siraman adalah Pemaes atau orang sepesial yang telah ditunjuk. Pengantin perempuan/laki-laki duduk dengan kedua tangan di atas dada dengan posisi berdoa. Mereka menyiramkan air ke tangannya dan membersihkan mulutnya tiga kali. Kemudian mereka menyiramkan air ke atas kepala, wajah, telinga, leher, tangan dan kaki juga sebanyak tiga kali. Pemaes menggunakan tradisionil shampoo dan conditioner. Setelah Kendi itu kosong, Pemaes atau orang yang ditunjuk memecahkan kendi ke lantai dan berkata: ‘Wis Pecah Pamore‘ – berarti dia itu tampan (menjadi cantik dan siap untuk menikah).
Upacara NGERIK:
Setelah Siraman, pengantin duduk di kamar pengantin. Pemaes mengeringkan rambutnya dengan handuk dan menberi pewangi (ratus) di seluruh rambutnya. Dia mengikat rambut ke belakang dan mengeraskannya (gelung). Setelah itu Pemaes membersihkan wajahnya dan lehernya, dia siap untuk di dandani. Pemaes sangat behati-hati dalam merias pengantin. Dandanan itu tergantun dari bentuk perkawinan. Akhirnya, pengantin wanita memakai kebaya dan kain batik dengan motif Sidomukti atau Sidoasih. Itu adalah simbol dari kemakmuran hidup.
Upacara Midodareni: Pelaksanaan pesta ini mengambil tempat sama dengan Ijab dan Panggih. Midodareni itu berasal dari kata Widodari yang berarti Dewi. Pada malam hari, calon pengantin wanita akan menjadi cantik sama seperti Dewi. Menurut kepercayaan kuno, Dewi akan datang dari kayangan.
Pengantin wanita harus tinggal di kamar dari jam enam sore sampai tengah malam di temani dengan beberapa wanita yang dituakan. Biasanya mereka akan memberi saran dan nasihat. Keluarga dan teman dekat dari pengantin wanita akan datang berkunjung; semuanya harus wanita.
Orangtua dari pengantin wanita akan menyuapkan makanan untuk yang terakhir kalinya. Mulai dari besok, suaminya yang akan bertanggung jawab.
Apa saja yang harus diletakan di kamar pengantin?
* Satu set Kembar Mayang.
* Dua kendi (diisi dengan bumbu, jamu, beras, kacang, dan lain-lain) di lapisi dengan kain Bango Tulak.
* Dua kendi (diisi dengan air suci) di lapisi dengan daun dadap srep.
* Ukub (baki dengan bermacam pewangi dari daun dan bunga) diletakan di bawah tempat tidur.
* Suruh Ayu (daun betel).
* Kacang Areca.
* Tujuh macam kain dengan corak letrek.
Di tengah malam semua sajen di ambil dari kamar. Keluarga dan tamu dapat makan bersama. Di kamar lain, keluarga dan teman dekat dari pengantin wanita bertemu dengan keluarga dari pengantin laki-laki.

 2. Musik dan Tari Suku Jawa

Budaya gong akan menarik akarnya dari budaya Dong Son di Vietnam (Xe-abad pertama SM.), Disebut "budaya drum perunggu." Telah ditemukan di benda-benda perunggu Indonesia banyak mirip dengan Dongson. Budaya ini ditandai dengan ritual drum, yang paling dikenal di Indonesia adalah "Bulan Pejeng" diawetkan di Bali. Orkes gamelan adalah kumpulan instrumen perkusi (kata berasal dari gamel, palu kecil) strip atau lampu perunggu. Hal ini dianggap bahwa fokus dari orkes ini gong. Kinerja musik gamelan mulai dengan mencolok dari gong besar (gong gede). Gong dianggap memiliki jiwa. Secara tradisional di Jawa, ia membuat penawaran dan memuji pada hari Kamis, saat senja. Selain Jawa dan Madura, daerah termasuk gamelan Bali, di mana namanya juga gong tradisional.
Gamelan Jawa


Tarian Suku Jawa

- Bedhaya Ketawang
Bedhaya Ketawang adalah juga salah satu tarian tradisional yang datang dari SOLO dan Jogja ( Pulau Jawa bagian Tengah). Kita sering lihat tarian ini dalam beberapa aktivitas seperti suatu upacara penobatan raja, festival atau pertunjukan. Bedhaya Ketawang dimainkan oleh 9 penari. Masing-Masing penari mempunyai tugas dan nama khusus. Nama mereka adalah Batak ( penari pertama), Endhel Ajeg, Endhel Weton, Apit Ngarep, Apit Mburi, Apit Meneg, Gulu, Dhada, dan Boncit.
Tarian ini pada umumnya ditemani oleh Musik Jawa Orkes yang disebut Gamelan. Gamelan ini dinamai Gamelan Kyai Kaduk Manis yang terdiri dari dari banyak instrumen musik seperti kendhang Ageng ( kendhang besar), Kendhang Ketipung, Kenong, dan kethuk
- Tari Serimpi Dan
- Tari Merak- Tari watang (pasukan tombak remaja perkasa),
- Tari jemparing putri (pasukan panah gadis-gadis ayu),
- Tari jathilan (Jaran Kepang, pasukan berkuda yang sigap dan semangat) masing-masing dengan kostum budaya Jawa yang adhi luhung.
- Seni Barong Blora, merupakan salah satu kesenian rakyat yang sangat populer di kalangan masyarakat Blora. Alur cerita bersumber dari hikayat panji. Di dalam seni Barong tercermin sifat-sifat kerakyatan seperti spontanitas, sederhana, keras, kompak yang dilandasi kebenaran. Kesenian barongan berbentuk tarian kelompok yang terdiri dari tokoh Singo Barong, Bujangganong, Joko Lodro/Gendruwon. Jaranan/Pasukan Berkuda, serta prajurit.
- Topeng Ireng kepanjangan dari Tata Lempeng Irama Kenceng yang artinya baris lurus irama keras. Topeng ireng hidup dan berkembang di lereng Gunung Merbabu dan Merapi. Kesenian itu sering dipergunakan untuk acara hajatan. Sekelompok penari dengan sepatu gemerincing dan kostum bak Indian Boyolali, topi bulu ayam, kain berwarna-warni memainkan tarian dinamis yang mengundang tepuk tangan penonton.
- Tari Aplang merupakan tarian tradisional yang berasal dari Kabupaten Banjarnegara. Dahulu Tari Aplang digunakan untuk syiar Agama Islam. Aplang berasal dari kata ndaplang yang berarti tangan digunakan seperti gerakan silat. Tarian ini ditarikan oleh remaja putra-putri dengan diiringi rebana, bedug, kendang dan nyanyian syair salawatan. Kostumnya model Islam Jawa yang indah dipandang mata. Kembali ke Jatidiri Bangsa Kabupaten Banjarnegara.
- Singo Barong. Kesenian ini merupakan kesenian tradisional asli rakyat Demak, yang dilatar belakangi sejarah Demak. Hutan Glagah Wangi akan dijadikan pemukiman, namun Sang Penunggu yang merupakan sosok gaib Singo Barong Kembar tidak mau menerimanya. Dengan kesaktian “Cemeti Saptomowo” siluman Singo Barong dapat ditaklukkan. Prajurit dengan kostum surjan menaiki Kuda Kepang warna-warni yang indah.
- Tari Gondoriyo. Perpaduan antara tari, teater dan gerak akrobatik. Ceritera diambil dari babad panji yaitu kisah cinta Raden Panji Asmarabangun adri Jenggala yang mempersunting Dewi Sekartaji dari Kediri. Untuk adapat mempersunting putri tersebut Raden Panji harus dapat mempersembahkan seekor singo barong yang dapat berbicara. Joko Lodro utusan Raden Panji dapat menangkap Singa Lodro di hutan Lodaya.
- Tari Loro Blonyo. Tari Loro Blonyo merupakan gambaran Dewi Sri dan saudaranya Dewa Sadana. Dewi Sri adalah Dewi pelindung padi dan pemberi berkah serta merupakan lambang kemakmuran. Dewa Sadana adalah Dewa sandang pangan. Pada saat sekarang, kedua dewa dan dewi tersebut sudah sirna dari bumi pertiwi dan menetap di Tirta Kedasar. Sepeninggal mereka keadaan bumi pertiwi makin terpuruk. Bencana, malapetaka serta huru-hara terjadi di mana-mana. Atas petunjuk Dewa Wisnu agar keadaan kembali aman tenteram maka kedua dewa dewi tersebut harus dikembalikan. Hal tersebut tidak mudah karena untuk mendapatkan mereka harus berhadapan dulu dengan raksasa penunggu negara Tirta Kedasar. Semar akhirnya bisa membawa kembali mereka dan bumi pertiwi kembali pulih. Untuk mensyukuri keberhasilan tersebut dibunyikan kothekan lesung yang berirama magis. Tepuk tangan buat Karanganyar.
- Ebleg adalah kesenian khas Kabupaten Kebumen. Sepasukan pemuda memakai kostum warna-warni etnik naik kuda kepang melawan 2 Ular Raksasa. Selamat bagi Kebumen yang telah menampilkan kesenian daerahnya.
- Tarian Soreng Manggala Mangsah Yuda. Sekelompok pasukan perang dipimpin seorang komandan yang meniup terompet kerang bak perang Bharatayuda. Gadis-gadis cantik pasukan Srikandi meramaikan suasana. Pakaian yang gemerlapan menimbulkan suasana ceria.
- Tarian Jathilan. Tarian kera-kera seperti di ramayana. Ada yang berkostum putih rombongan Hanuman. Berkulit merah rombongan Hanggada. Dan Berbulu biru rombongan Anila. Tidak ketinggalan raksasa-raksasa berambut panjang naik kuda kepang.
- Tari Kretek. Tari Kretek diilhami akar kesejahteraan yang sampai kini dirasakan di Kabupaten Kudus. Beberapa penari ayu memakai kain kebaya, selendang bergaris hitam dengan topi lebar sedang membawa tampah tempat tembakau. Tarian menggambarkan kegiatan membuat rokok
- Karya tari yang merupakan kolaborasi Seni Grasak dan Kuntulan ini menceritakan pentingnya kembali kepada alam. Persembahan gunungan berisi sayur dan buah-buahan digotong 4 pemuda gagah. Serombongan petani dan perajurit berkuda mengawalnya.
- Tari rebana,
- Tari Rebana Santri. Putra-putri memakai kain batik khas pekalongan memainkan rebana. Sepatu tali kulit dengan krincingan membuat suasana meriah sekali. Warna hijau dan merah mendominasi disamping gemerlap keemasan
- Terjing Madroh. Gabungan dari Terbang Genjring, Marawis dan Tari Hadroh memeriahkan suasana. Gadis-gadis berpakaian ala Gypsy dengan bahan batik pekalongan warna-warni memeriahkan suasana.
- Tarian Beksan Jurit Ampil menggambarkan salah satu laskar putri Raden Mas Said yang bergelar Pangeran Samber Nyawa. Jangan dianggap menakutkan, putri-putri penari Jurit Ampil memakai kebaya putih lengan pendek membawa gendewa panah dan cundrik dan menari penuh keanggunan. Mahkota janur menghiasi rambutnya
- Tari Warak Dugder. Mengiringi Patung warak sekelompok gadis berpakaian Encim putih biru melenggang lenggok dengan manisnya. Asal kata Dug Der adalah suara bedug Dug Dug dan suara merian Dher. Campuran budaya Islam, Jawa dan Cina melatar belakangi seni ini.
- Tari Prajurit Bumi Rumekso merefleksikan masyarakat pada masa prakemerdekaan. Pasukan putri bersenjatakan panah dan Pasukan pria bersenjatakan toya mempertahankan bumi pertiwi. Gerak yang sederhana namun tegas menjiwai tari ini.
- Tari Kuncaraning Batik Solo memukau semua hadirin. Semua penari membawa bermacam-macam batik. Gerak tari yang gemulai dan kompak sangat indah sekaligus mempromosikan nama motif kain batik. Pada zaman dulu motif batik seperti sebuah yantra, alat afirmasi bagi pemakainya.
- Tari Kuntulan adalah gerak pencak silat yang diwujudkan dalam tarian. Semangat penari membangkitkan gelora semangat penonton.
- Tari Topeng Ireng yang dinamis sangat indah dan membuat para penonton memberi tepuk tangan riuh rendah
Tarian Jawa
3. BATIK

Kata "batik" berasal dari Jawa. Ini adalah yang paling terkenal dari budaya Jawa, meskipun teknik ini ditemukan di tempat lain di Asia, termasuk China, India dan Srilanka, dan juga di Timur Tengah dan Afrika Barat. Di Indonesia sendiri, daerah perpanjangan batik tradisional meliputi, selain ke Jawa, pulau terdekat Madura dan kota-kota Jambi dan Palembang di Sumatera. Di Jawa yang sama, gaya adalah yang paling populer, klasik, dari pusat pulau di Surakarta dan Yogyakarta, tetapi juga orang-orang dari Pesisir, yang paling dikenal adalah Cirebon, Lasem dan Pekalongan.

Batik Jawa

 4. KERIS

Keris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya) dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian pangkal yang melebar, seringkali bilahnya berliku-liku, dan banyak di antaranya memiliki pamor (damascene), yaitu guratan-guratan logam cerah pada helai bilah. Jenis senjata tikam yang memiliki kemiripan dengan keris adalah badik. Senjata tikam lain asli Nusantara adalah kerambit.
Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel/peperangan,[1] sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian. Pada penggunaan masa kini, keris lebih merupakan benda aksesori (ageman) dalam berbusana, memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.
Penggunaan keris tersebar pada masyarakat penghuni wilayah yang pernah terpengaruh oleh Majapahit, seperti Jawa, Madura, Nusa Tenggara, Sumatera, pesisir Kalimantan, sebagian Sulawesi, Semenanjung Malaya, Thailand Selatan, dan Filipina Selatan (Mindanao). Keris Mindanao dikenal sebagai kalis. Keris di setiap daerah memiliki kekhasan sendiri-sendiri dalam penampilan, fungsi, teknik garapan, serta peristilahan.

Keris
5. WAYANG KULIT

Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata Ma Hyang artinya menuju kepada yang maha esa, . Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang(lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan).

Wayang Kulit Jawa

KEBUDAYAAN JAWA KEBUDAYAAN JAWA Reviewed by BAYU TRI WIBOWO on 10:40 am Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.